Tuesday, February 4, 2025

Ketekunan Andik Imam Muarifin: Bertahan di Tengah Sepinya Pasar Ikan Cupang

Ketekunan Andik Imam Muarifin: Bertahan di Tengah Sepinya Pasar Ikan Cupang

 


Kediri, rakyatindonesia.com - Di sudut Desa Mojosari, Kecamatan Kras, seorang pria berbaju abu-abu tampak bersandar santai di dekat deretan kolam ikan. Pandangannya tertuju pada tiga orang rekannya yang sibuk memanen ikan. Pria tersebut adalah Andik Imam Muarifin, seorang pembudidaya ikan cupang yang telah bertahan di tengah naik-turunnya pasar ikan hias.

Andik, 36 tahun, mengelola enam petak kolam berukuran 1 x 2 meter di belakang rumahnya. Setiap petak menampung sekitar lima ribu ekor cupang benih, khusus untuk proses pembesaran. Meski pasar cupang tak seramai masa pandemi Covid-19, Andik tetap optimis. “Pasar cupang memang tidak secerah dulu, tapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya dengan senyum tipis.

Rutinitas Andik penuh dedikasi: memantau suhu air, mengganti air secara rutin, memberi pakan, dan memantau perkembangan ikan. Kelelahan terlihat jelas di wajahnya, namun semangatnya tak pudar. Topi biru berlogo NY menjadi pelindung setia dari terik matahari, sementara sepatu boots hitamnya, yang sudah kusam, setia menemani di pinggir kolam.

Masa kejayaan Andik dimulai saat pandemi, ketika ikan cupang menjadi primadona. Meski permintaan melonjak, ia tetap menjual dengan harga stabil, sekitar Rp 1.700 per ekor. “Awalnya saya jual dari pasar ke pasar. Sekarang, pelanggan sudah banyak dan tetap setia,” kenangnya.

Keuletannya berbuah manis. Andik bahkan merawat ikan untuk diekspor ke Tiongkok. “Biasanya seminggu sekali, bisa sampai 12 ribu ekor cupang,” ungkapnya. Meskipun bukan pengirim langsung, Andik paham betul perjalanan bisnis ini dimulai dari perkenalan yang panjang sejak 2023.

Pesanan dari Tiongkok beragam, dari cupang unicorn putih hingga plakat berwarna gelap. Ia menduga ikan tersebut digunakan untuk budidaya atau ritual tradisional. Meskipun pengiriman ke Tiongkok berhenti sementara karena musim dingin, produksi Andik justru meningkat. Kini, ia mampu menghasilkan hingga 10 ribu ekor per bulan, mengirim ke berbagai kota di Indonesia seperti Semarang, Garut, dan Bandung.

Kisah Andik Imam Muarifin adalah bukti bahwa ketekunan dan semangat pantang menyerah mampu mengatasi tantangan, bahkan di tengah surutnya pasar.(Red.AL)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved