Wednesday, August 7, 2024

Sosok Salwa Prasanti, Anak Pondokan yang Diterima di Unair Lewat UTBK-SNBT

Sosok Salwa Prasanti, Anak Pondokan yang Diterima di Unair Lewat UTBK-SNBT

 


KEDIRI, rakyatindonesia.com  - Nama lengkapnya Salwa Nurmedina Prasanti. Tapi, sulung dari pasangan Arief Nurdhiana dan Mimik Mukti Susilorini biasa disapa dengan panggilan Medina. Seorang mahasiswa baru di Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair). Salah satu kampus ternama di Ibu Kota Jawa Timur, Surabaya.

“Sejak tsanawiyah (setingkat SMP, Red) saya memang ingin menjadi seorang diplomat,” aku gadis alumnus MTsN 2 Kota Kediri ini, menceritakan mengapa dia memilih jurusan HI dalam ujian tulis berbasis komputer (UTBK) dalam seleksi nasional berbasis tes (SNBT) beberapa waktu lalu.

Sore itu Medina tampil cantik. Berbalut dress warna biru yang dipadu hijab dengan warna yang sama. Duduk di kursi kayu berukir indah di ruang tamu rumahnya yang berada di Kecamatan Pesantren.

Gadis berkaca mata ini memang gandrung dengan hal-hal berbau politik internasional. Sejak tsanawiyah itu ketertarikannya pada bidang ini sangat tinggi. Dia berusaha mendapatkannya dari berbagai saluran. Baik berita di koran, televisi, hingga internet.

Hasratnya menjadi seorang diplomat pun kian meninggi. Apalagi ketika mulai bersinggungan dengan buku-buku serta film bertema politik.

Hanya, upayanya meraih impian itu harus dia lewati dengan kerja yang lebih keras. Sebab, selepas tsanawiyah, dia melanjutkan ke pondok pesantren. Yaitu di Ponpes Modern Darussalam Gontor Putri 1. Tentu saja, kurikulum yang dia dapatkan berbeda dengan di sekolah umum. Paling tidak, pelajaran yang berkaitan dengan jurusan idamannya sangat sedikit.

Tapi, bukan Medina bila menyerah. Dengan gigih dia berusaha menutupi kekurangan itu. Di tengah padatnya pelajaran berbasis agama yang dia jalani sebagai santriwati.

 “Awalnya, tentu saja, saya kesulitan karena terbatas dalam akses internet,” akunya.

Setiap waktu istirahat dia gunakan ke warung internet (warnet). Bukan untuk nge-game atau bermedsos ria. Melainkan searching soal-soal masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Serta mengikuti perkembangan politik nasional dan internasional.

”Maka dari itu saya memanfaatkan bacaan dari artikel, buku-buku yang ada di perpus, dan ketika waktu istirahat di sore hari saya pergi ke warnet yang ada di dalam pondok pesantren untuk belajar dan membaca berita,” sambungnya.

Waktu yang singkat, sekitar satu jam di warnet, ia manfaatkan dengan sangat baik. Tidak hanya belajar dan menambah informasi untuk dirinya sendiri, Medina juga mencari artikel untuk bahan diskusi mingguannya di pondok. Karena ia juga tergabung dalam Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). “Kebetulan saya bergabung OPPM dan menjabat sebagai bendahara Bidang Diskusi Ilmiah dan Penerbitan,” terangnya.

Dalam keadaan sulit itu ia selalu mengingat kata-kata yang disampaikan Dr. Husnan Bey Fananie, diplomat alumnus Pondok Pesantren Gontor sekaligus tokoh yang  memotivasinya. “Dakwah itu tidak hanya di pondok pesantren saja. Tapi ketika berada diluar tugas seorang santri lebih besar untuk berdakwah,” ujar Medina mengutip kata-kata itu yang membuatnya yakin akan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan Hubungan Internasional.

Anak pertama dari pasangan Arief Nurdhiana dan Mimik Mukti Susilorini tersebut awalnya sempat berkecil hati untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri. Terlebih jurusan yang ingin ia ambil cukup sulit untuk dimasuki. Tapi berkat usaha dan dukungan dari kedua orang tuanya akhirnya semua itu menjadi kenyataan.

“Kami sebagai orang tua selalu mendukung Medina, meskipun saya dan ayahnya sempat khawatir kalau tidak keterima. Karena Medina kan bukan dari sekolah umum yang mana kurikulumnya pasti berbeda,” ujar Mimik Mukti Susilorini, sang ibu.(Red.Tim)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved