Kediri, rakyatindonesia.com - Kulitnya sudah cokelat kehitaman. Tanda sering terpapar sinar matahari. Tangannya yang kokoh belepotan dengan tanah. Kotor, karena baru saja berkubang dengan lumpur. Membenahi pipa air yang tersumbat. Yang membuat alirannya kurang lancar. Tak bisa mengalir dengan deras.
Pria itu namanya Parlan. Tapi, orang biasa menyebut dengan Parlan Banyu. Menandakan bahwa warga Dusun Baran, Desa Ponggok, Kecamatan Mojo ini adalah seorang jaga banyu, orang yang bertugas mengatur air.
Meskipun hanya jaga banyu alias menjaga air, tugasnya tidak mudah. Sebab, lokasi sumber air yang harus dia jaga dan bagi berada jauh dari dusunnya. Bahkan berada di luar desa.
“Kalau jaraknya sekitar enam kilometer lebih. Mungkin, lebih jauh dari itu. Dan, itu jalannya naik serta sulit,” terangnya, dengan menggunakan bahasa Jawa.
Memang, Desa Ponggok, terutama di Dusun Baran, tak ada sumber air. Upaya telah berkali-kali dilakukan. Mengebor di beberapa tempat demi menemukan mata air. Sayang, semuanya tak membuahkan hasil.
Terpaksa, kebutuhan air dipenuhi dari sumber yang berlokasi di desa lain. Di Desa Petungroto. Yang tempatnya masih enam kilometer dari Balai Desa Petungroto.
Tugasnya sebagai jaga banyu sudah dia dapatkan sejak 1995. Pria 64 tahun ini bertanggung jawab menjaga air dari sumber agar terus mengalir ke warga.
“Kalau ke daerah sini, lalu mau menemui saya, tanyakan saja Parlan Banyu. Orang langsung paham,” terang laki-laki yang sudah punya satu buyut ini.
Sepertinya, tugasnya itu bisa menjadi tugas abadi. Sebab, hingga sekarang tidak ada yang berani menggantikan. Meskipun beberapa kali Parlan berniat mengundurkan diri, warga kukuh menolak. Bukan karena apa-apa, namun warga merasa tak ada yang bisa menggantikan keuletannya dalam bekerja.
Parlan dikenal selalu bisa mengatasi permasalahan ketika air sumber tidak bisa mengalir. Dia juga tekun dengan tugasnya itu. Ketika dikabari air sumber tidak mengalir ke rumah warga, dia langsung sigap. Jam berapa pun dia selalu melakukan pengecekan.
“Setiap saat dikabari air tidak keluar, ya saya berangkat. Jam berapa pun itu. Entah tengah malam, entah jam dua (dini hari). Karena memang sudah dipercaya. Ya harus melakukan dengan baik,” tegas bapak tiga anak itu.
“Memang, Pak Parlan ini orangnya giat dan selalu bisa menyelesaikan masalah terkait air,” puji Jumirah, 50, tetangga Parlan.
Tugasnya juga tidak hanya berkaitan dengan teknis yang bisa dinalar manusia. Hal yang bersinggungan dengan supranatural pun dia hadapi.
“Karena lokasi sumbernya ada di hutan, jelas banyak hal semacam itu (hal-hal gaib, Red). Sudah sering lihat gituan. Pernah pas ada air gak mau mengalir, saat saya datangi, ternyata ada genderuwo yang duduk di pipannya. Mau percaya atau tidak, hal semacam itu ada,” terangnya.
Seperti saat musim kemarau ini, debit air di mata air Desa Petungroto berkurang. Alhasil, pasokan air untuk warga Dusun Baran juga sering telat. Parlan harus terus memonitornya. Tidak jarang dia harus berangkat pagi, pulang maghrib, untuk mengecek kendala yang menghambat air.
“Akhir-akhir ini juga setiap hari tidur sekitar jam dua (dini hari). karena harus membagi-bagi air ke jeding warga,” terang laki-laki yang giginya mulai ompong itu.(Red.AL)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram