Bandung, rakyatindonesia.com - Kamis (11/1/2024) menjelang Magrib, kepanikan melanda warga yang tinggal di permukiman padat penduduk di Kelurahan Braga, Kota Bandung. Banjir tiba-tiba menerjang, yang berasal dari jebolnya tanggul dan tak mampu menahan luapan aliran Sungai Cikapundung setelah Kota Kembang diguyur hujan seharian.
Akibatnya, Diskar PB Kota Bandung melaporkan 600 rumah di 4 RW Kelurahan Braga terendam banjir. Sebanyak 857 jiwa dari 400 KK terdampak, dan membuat proses penanganan untuk warga diprioritaskan. Meski kini sudah surut, pemerintah memfokuskan bantuan logistik untuk warga dan membuat tempat-tempat pengungsian sementara.
Mengutip jurnal Ahmad Jawwad Furqon dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Cikapundung merupakan sungai purba yang membelah Kota Bandung sepanjang 28 kilometer. Sungai ini melintasi 11 kecamatan di 3 kabupaten/kota mulai dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Hulu Sungai Cikapundung berada di utara Kota Bandung, tepatnya di daerah Cigulung dan Cikapundung, Lembang, KBB, yang alirannya disebut berasal dari Curug Omas. Sungai ini kemudian bermuara di Sungai Citarum di kawasan Baleendah, Kabupaten Bandung, dan menjadi salah satu dari 13 anak sungai utama yang memasok air untuk Sungai Citarum.
Secara geomorfologi, Cikapundung tak terpisahkan dari keberadaan Danau Bandung Purba. Cikapundung mengalir dari Utara ke Selatan yang memotong Bandung, serta melewati berbagai macam kondisi litologi yang mempengaruhi kondisi air tanah, sungai, serta hubungan hidrodinamiknya.
Sementara dalam laman resmi Pemkot Bandung, Penamaan Sungai Cikapundung berasal dari Bahasa Sunda yaitu 'Ci' dan 'Kapundung'. Ci berasal dari kata 'Cai' atau dalam Bahasa Indonesia berarti 'Air', sementara Kapundung atau Kepundung merupakan sejenis buah-buahan yang memiliki nama lain berupa menteng, rambai hingga rambe.
Ahmad Jawwad Furqon juga mencatat bahwa Cikapundung dibagi dalam 3 zona area yang membentang dari KBB hingga bermuara di Sungai Citarum. Area pertama mengalir dari Maribaya-Curug Dago, area kedua dari Curug Dago-Banceuy hingga Viaduct area, dan area ketiga dari Banceuy, Viaduct area-Sungai Citarum.
Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa kondisi Sungai Cikapundung mengalami kondisi kritis. Penyebabnya mulai dari sedimentasi yang mengakibatkan penyempitan area sungai, penambahan jumlah pemukiman pendudukan hingga masalah sampah yang tak kunjung selesai.
Kemudian, dalam artikel dari laman resmi Pemkot Bandung yang diriilis pada September 2020, sejumlah upaya telah dilakukan untuk memulihkan kondisi Sungai Cikapundung. Mulai dari pembersihan sungai dari sampah, hingga mencoba mengubah perilaku warga agar tak membuang sampah ke Sungai Cikapundung.
Di sejumlah bagian, Sungai Cikapundung juga telah dipasangi trashrack untuk menjaring sampah. Termasuk merevitalisasi bantaran Sungai Cikapundung yang kini berubah wajah menjadi spot-spot wisata untuk warga.(red.w)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram