Magelang, rakyatindonesia.com - Kota Magelang memiliki berbagai kuliner yang patut dicoba. Salah satunya adalah Es Semanggi yang sudah melegenda. Bagi yang belum mengetahuinya, depot es ini berlokasi di dekat parkiran basement Matahari Deparment Store.
Meski lokasinya bisa dibilang nylempit, namun banyak yang mencarinya. Cita rasa yang sudah bertahan sejak puluhan tahun menjadi salah satu alasan banyaknya pelanggan. Tidak hanya dari Kota Magelang, tetapi banyak juga pelanggan yang dari luar Magelang. Seperti dari Ambarawa, Surabaya, Jakarta dan juga berbagai kota lainnya.
Adapun depot Es Semanggi ini menyediakan 20 varian rasa. Harga pun sangat terjangkau berkisar dari Rp 3.500 sampai Rp 11.000 per gelasnya tergantung variannya.
"Saya generasi ketiga, cucu dari Mbah Tasman. Dulu yang mengelola pertama kali tahun 1960-an," kata Lena Anggraini (33), generasi ketiga Depot Es Semanggi saat ditemui, Kamis (11/1/2024).
Lena menceritakan, dulunya lokasi berjualan di depan kelenteng. Kemudian, setelah ada MT (Magelang Theater) pindah di lokasi tersebut.
"Matahari buka pindah terakhir ke sini. Di sini sudah lama, saya lahir lokasi sudah di sini," ujar Lena.
Awal Mula Penamaan
Lena menuturkan, sebagaimana cerita dari saudara-saudaranya dari dulu namanya hanya depot es. Kemudian, ada seorang tentara yang langganan kebetulan bertugas di Semanggi Jakarta.
"Dulu nggak ada nama, sederek-sederek (saudara-saudara) cerita katanya ada tentara yang tugas di Semanggi Jakarta. Tentara ini langganan, terus usul diberi nama Semanggi," ujarnya.
Meski namanya sampai sekarang Depot Es Semanggi, namun di lokasi ini tak ada es Semanggi. Adapun varian antara lain es susu coklat, es susu roti, es susu dawet, es susu tape, es susu pleret, es tape pleret, es sirup, es dawet, es soda gembira dan lainnya.
"Nggak ada Es Semanggi. (terkenal) Pleret. Pleret dari tepung, beras yang digiling didang (dikukus) buatnya dipleret makanya namanya pleret karena dipleret. Kalau gempol kan bunder, kalau dipleret maka namanya Es Pleret," kata dia.
Lena menceritakan, sebelum pandemi pada hari-hari biasa bisa menghabiskan 3 sampai 4 ember santan. Kemudian, saat ini habis 3 sampai 4 ember santan pada akhir pekan.
"Harga enggak bisa mahal, tapi kalau soal sirup, tiap hari semua baru," ujarnya.
"(Mulai pulih) Berangsur, sebelum pandemi sehari bisa (habis) 3-4 ember santan. Sekarang, weekend 3-4 ember. (Yang beli) Orang dari jauh-jauh, orang Magelang, tapi merantau Surabaya, Jakarta," ujar dia.
Salah satu pelanggan, Buang Warsito (45) mengatakan, dulu berjualan di atas dekat jalan. Kemudian sampai pindah dua kali hingga ke sini.
"Sampai saudara saya yang di Ambarawa pernah ke sini senang. Es berbeda dengan yang lain, penyajiannya menarik dan sudah lama banget," ujar Buang yang menyukai es pleret, itu. (red.w)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram